UJI CHI KUADRAT
Nama : La
Siandi
NPM : 17 630 019
Pengujian
Chi-Kuadrat (x2)
1)
Pengertian
Chi-kuadrat
digunakan untuk mengadakan pendekatan dari beberapa vaktor atau mngevaluasi
frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi dengan frekuensi yang
diharapkan dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan
atau tidak.
Dalam
statistik, distribusi chi square termasuk dalam statistik nonparametrik.
Distribusi nonparametrik adalah distribusi dimana besaran-besaran populasi
tidak diketahui. Distribusi ini sangat bermanfaat dalam melakukan analisis
statistik jika kita tidak memiliki informasi tentang populasi atau jika
asumsi-asumsi yang dipersyaratkan untuk penggunaan statistik parametrik tidak
terpenuhi.
Beberapa
hal yang perlu diketahui berkenaan dengan distribusi chi square adalah :
- Distribusi chi-square memiliki satu parameter yaitu derajat bebas (db).
- Nilai-nilai chi square di mulai dari 0 disebelah kiri, sampai nilai-nilai positif tak terhingga di sebelah kanan.
- Probabilitas nilai chi square di mulai dari sisi sebelah kanan.
- Luas daerah di bawah kurva normal adalah 1.
a)
Uji Kecocokan = Uji Kebaikan Suai = Goodness of Fit
b)
Uji Kebebasan
c)
Uji Beberapa Proporsi (Prinsip p engerjaan
(b) dan (c) sama saja)
Nilai chi
square adalah nilai kuadrat karena itu nilai chi square selalu positif. Bentuk
distribusi chi square tergantung dari derajat bebas (Db)/degree of freedom.
Pengertian pada uji chi square sama dengan pengujian hipotesis yang lain, yaitu
luas daerah penolakan Ho atau taraf nyata pengujian
Metode
Chi-kuadrat menggunakan data nominal, data tersebut diperoleh dari hasil
menghitung. Sedangkan besarnya nilai chi-kuadrat bukan merupakan ukuran derajat
hubungan atau perbedaan.
Macam-macam
bentuk analisa Chi-kuadrat :
- Penaksiran standar deviasi
- Pengujian hipotesis standar deviasi
- Pengujian hipotesis perbedaan beberapa proporsi atau chi-square dari data multinominal
- Uji hipotesis tentang ketergantungan suatu variabel terhadap variabel lain/uji Chi-square dari tabel kontingensi/tabel dwikasta/tabel silang
- Uji hipotesis kesesuaian bentuk kurva distribusi frekuensi terhadap distribusi peluang teoritisnya atau uji Chi-square tentang goodness of fit
2)
Ketentuan Pemakaian Chi-Kuadrat (X2)
Agar
pengujian hipotesis dengan chi-kuadrat dapat digunakan dengan baik, maka
hendaknyamemperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
- Jumlah sampel harus cukup besar untuk meyakinkan kita bahwa terdapat kesamaan antara distribusi teoretis dengan distribusi sampling chi-kuadrat.
- Pengamatan harus bersifat independen (unpaired). Ini berarti bahwa jawaban satu subjek tidak berpengaruh terhadap jawaban subjek lain atau satu subjek hanya satu kali digunakan dalam analisis.
- Pengujian chi-kuadrat hanya dapat digunakan pada data deskrit (data frekuensi atau data kategori) atau data kontinu yang telah dikelompokan menjadi kategori.
- Jumlah frekuensi yang diharapkan harus sama dengan jumlah frekuensi yang diamati.
- Pada derajat kebebasan sama dengan 1 (table 2 x 2) tidak boleh ada nilai ekspektasi yang sangat kecil. Secara umum, bila nilai yang diharapkan terletak dalam satu sel terlalu kecil (< 5) sebaiknya chi-kuadrat tidak digunakan karena dapat menimbulkan taksiran yang berlebih (over estimate) sehingga banyak hipotesis yang ditolak kecuali dengan koreksi dari Yates.
Bila
tidak cukup besar, maka adanya satu nilai ekspektasi yang lebih kecil dari 5
tidak akan banyak mempengaruhi hasil yang diinginkan.
Pada
pengujian chi-kuadrat dengan banyak ketegori, bila terdapat lebih dari satu
nilai ekspektasi kurang dari 5 maka, nilai-nilai ekspektasi tersebut dapat
digabungkan dengan konsekuensi jumlah kategori akan berkurang dan informasi
yang diperoleh juga berkurang.
3)
Besarnya Derajat Kebebasan
Pada
pembahasan tentang distribusi ‘’ t ‘’, kita ketahui bahwa besarnya derajat
kebebasan sama dengan n – 1.
Pengujian
hipotesis menggunakan distribusi chi-kuadrat yang terdiri dari 2 variabel dan
masing-masing variable terdiri dari beberapa kategori. Untuk menghitung banyaknya
derajat kebebasan maka dibuat table kontingensi. Misalnya terdapat 2 variabel
di mana variable ke-1 terdiri dari 3 kategori dan veriabel ke-2 terdiri dari 4
kategori. Dengan demikian dapat dibuat table kontingensi 3 x 4 sebagai berikut.
Variable 2
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
jumlah
|
||
Variabel 1
|
A
|
B
|
B
|
B
|
Tb
|
X
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Tb
|
X
|
|
C
|
Tb
|
Tb
|
Tb
|
Tb
|
X
|
|
Jumlah
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Keterangan
:
B =
dapat digunakan dengan bebas
Tb = tak
bebas
X =
nilainya diketahui
Jumlah
nilai dari baris dan kolom disebut nilai marginal. Jika nilai marginal dari
jumlah seluruhnya (grand total) telah diketahui maka, pada baris pertama
terdapat 3 nilai yang dapat ditentukan dengan bebas, demikian pula dengan baris
kedua, tetapi pada baris ketiga semuanya tidak bebas karena jumlah marginal
telah diketahui. Jadi, disini terdapat 6 nilai yang dapat ditentukan dengan
bebas (2 x 3 = 6).
Secara
umum rumus untuk menghitung derajat kebebasan pada pengujian hipotesis
menggunakan chi-kuadrat adalah sperti berikut.
dk
= (jumlah baris – 1) (jumlah kolom –
1) atau
dk
= ( B – 1 ) ( K – 1 )
Pada
contoh diatas, dk = ( 3 -1 ) ( 4 – 1 ) = 2 x 3 = 6
4)
Menghitung Nilai Ekspektasi
Nilai
ekspektasi adalah nilai yang kita harapkan terjadi sesuai dengan hipotesis penelitian.
Nilai ekspektasi dapat dihitung dengan perkalian antara nilai marginal kolom
dan baris yang bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruhnya (N) atau
grand total yang terletak pada sudut kanan tabel kontingensi. Perhitungan nilai
ekspektasi akan lebih jelas dengan contoh berikut.
Contoh :
Misalkan,
seorang dokter rumah sakit menyatakan bahwa frekuensi anemia pada ibu hamil di
rumah sakit A sama dengan di rumah sakit B dan sama denga rumah sakit C.
Pernyataan tersebut akan diuji pada derajat kemaknaan 5%.
Pernyataan
tersebut diuji dengan mengambil sampel secara independen pada ketiga rumah
sakit tersebut. Sampel yang diambil adalah ibu hamil yang datang memeriksakan
diri ketiga rumah sakit tersebu, masing – masing rumah sakit A = 50, rumah
sakit B = 40, rumah sakit C = 60. Frekuensi anemia ibu hamil selama pengamatan
adalah sebagai berikut.
Rumah Sakit
|
Anemia
|
Tidak anemia
|
A
|
20
|
30
|
B
|
25
|
15
|
C
|
35
|
25
|
Untuk
memudahkan menghitung nilai ekspektasi maka dibuat tabel kontingensi 3 x 2
seperti berikut :
Rumah Sakit
|
Anemia
|
Tidak anemia
|
Jumlah
|
A
|
1) 20
|
2) 30
|
50
|
B
|
3) 25
|
4) 15
|
40
|
C
|
5) 35
|
6) 25
|
60
|
Jumlah
|
80
|
70
|
150
|
Nilai
hasil pengamatan = simbol O (observed)
Nilai
ekspektasi = simbol E (expected)
Untuk
memudahkan menghitung besarnya nilai ekspektasi maka setiap sel diberi nomor
urut.
E1 =
(50 x 80)/150 = 26,6
E2 =
(50 x 70)/150 = 23,3
E3 =
(40 x 80)/150 = 21,3
E4
= (40 x 70)/150 = 19,3
E5
= (60 x 80)/150 = 31,0
E6
= (60 x 70)/150 = 28,0
Rumus :
menguji
hipotesis dengan x2
contoh :
Bila dari
contoh diatas kita akan menguji pernyataan kepala rumah sakit tersebut maka
perhitungannya adalah seperti berikut ini :
Ho : f1 =
f2 = f3
Ha : f1 ≠
f2 ≠ f3
O
|
E
|
(O – E)
|
(O – E)2
|
(O – E)2/E
|
20
|
26,6
|
3,4
|
11,56
|
0,43
|
30
|
23,3
|
6,7
|
44,89
|
1,93
|
25
|
21,3
|
3,7
|
13,69
|
0,64
|
15
|
19,3
|
-4,3
|
18,49
|
0,96
|
35
|
32,0
|
3,0
|
9,00
|
0,28
|
25
|
28,0
|
-3,0
|
9,00
|
0,32
|
|
Jumlah
|
4,56
|
Pada
tabel 3 x 2 tersebut, dk = (3 – 1) (2 – 1) = 2; pada tabek x2, cari
x2 dengan dk = 2 dan ditulis sebagai berikut.
X2
dk = 2 0,05 = 5,991 (dari tabel x2)
X2 dari
hasil perhitungan adalah4,56, sedangkan x2 yang didapat dari tabel
adalah 5,991. Karena 4,56 < 5,991 maka x2 = 4,56 terletak
didaerah penerimaan atau dengankata lain hipotesis diterima pada = 0,05.
Kesimpulan, tidak terdapat perbedaan
frekuensi anemia pada ketiga rumah sakit tersebut.
5)
Pengujian Hipotesis Tentang Kesamaan Beberapa Proporsi
Chi-kuadrat
dapat digunakan untuk menguji beberapa proporsi, mislanya, kita memperoleh
beberapa proporsi P1, P2, P3 . . . . Pk
dengan kategori x1, x2, x3 . . . . xk
yang bersifat independen dan kita ingin mengetahui apakah perbedaan proporsi
hasil pengamatan memang benar berbeda atau karena faktor kebetulan. Untuk
menyelesaikan masalah tersebutdilakukan pengujian dengan x2.
E1 =
np1 , E2 = np2 , E3 = np3
. . . . Ek = npk
Ho
: P1 = P2 = P3 . . . . Pk
Ha
: P1 ≠ P2 , P3 . . . . Pk
dk =
banyaknya kategori – 1 = (k – 1)
Ho akan
diterima bila hasil perhitungan x2 lebih kecil daripada x2 yang
terdapat dalam tabel dengan dk = k – 1 pada derajat kemaknaan .
Contoh :
- Misalnya, dinyatakan bahwa status gizi anaka balita disuatu daerah mempunyai perbandingan yang sama, gizi baik = gizi sedang = gizi kurang = gizi buruk.
Untuk
mengetahui apakah pernyataan tersebut dapat dipercaya maka dilakukan
tersebut dan diperoleh hasil sebagai berikut.
30 anak
dengan gizi baik, 35 anak dengan gizi sedang, 20 anak dengan gizi kurang dan 15
anak dengan gizi buruk.
Pengujian
dilakukan pada derajat kemaknaan 0,05.
Hipotesis
:
Ho :
p = p1 = p2 = p3 = p4
Ha :
p ≠ p1 = p2 = p3 = p4
atau
antara p1 , p2 , p3 dan p4 tidak
sama
n = 30 +
35 + 20 + 15 = 100
= 0,05;
dk = (k – 1) = 4 – 1 = 3
Hasil
pengamatan (observed) status gizi : 30 , 35 , 20 dan 15 atau
O1 =
30 ; O2 =35 ; O3 = 20 ; O4 = 15.
Nilai
ekspektasi, karena hipotesis nol dan semua proporsi sama maka diharapkan semua
nilai dengan proporsi status gizi yang sama.
E1
= np = 100 x 0,25 = 25
E2 =
100 x 0,25 = 25
E3 =
100 x 0,25 = 25
E4
= 100 x 0,25 = 25
x2 =
x12 + x22 + x32
+ x42
= {(O1
– E1)2/ E1} + {(O2 – E2)2/
E2} + {(O3 – E3)2/ E3}
+ {(O4 – E4)2/ E4}
= {(30 –
25)2/25} + {(35 – 25)2/25} + {(20 – 25)2/25} +
{(15 – 25)2/25}
= 10
Pada
tabel x2 didapatkan bahwa x20,05 dk = 3 = 7,815
Karena 10
> 7,815 maka x2 = 10 berada diluar daerah penerimaan atau dengan
kata lain hipotesis ditolak pada derajat kemaknaan 0,05 atau p < 0,05.
Kesimpulannya,
proporsi status gizi anak balita didaerah tersebut tidak sama.
- Hasil pemeriksaan antropometrik status gizi anak dengan perbandingan gizi baik, sedang, kurang dan buruk adalah 5 : 4 : 2 : 1.
Untuk
menguji apakah hasil antropometrik dengan perbandingan tersebut benar,
dilakukan pengambilan sampel dengan hasil gizi baik = 30, gizi sedang = 40,
gizi kurang = 10 dan gizi buruk = 10.
Hipotesis
statistik :
Ho :
p = 5 : 4 : 2 : 1
Ha
: p ≠ 5 : 4 : 2 : 1
Kalau
dianggap bahwa perbandingan tersebut benar maka diharapkan mempunyai
perbandingan sebagai berikut.
P1 =5∕12
x 90 = 37
P2 =
4∕12 x 90 = 30
P3
= 2∕12 x 90 = 15
P4 =
1∕12 x 90 = 8
Agar
lebih jelas, ini dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
|
Gizi baik
|
Gizi sedang
|
Gizi kurang
|
Gizi buruk
|
O
|
30
|
40
|
10
|
10
|
E
|
37
|
30
|
15
|
8
|
X2 =
{(30 – 37)2/37} + {(40 – 30)2/30} + {(10 – 15)2/15}
+ {(10 – 8)2/8} = 5,82
X2 dk
3, 0,05 = 7,815
Hipotesis
diterima pada derajat kemaknaan 0,05 atau p > 0,05.
Kesimpulann:
kita 95%
percaya bahwa proporsi status gizi didaerah tersebut 5 : 4 : 2 : 1.
6)
Chi-Kuadrat Untuk Pengujian Independensi
Dibidang
kedokteran tidak jarang kita menemukan dua variabel dimana masing – masing
variabel terdiri dari beberapa kategori,misalnya tingkat beratnya penyakit
dengan tingkat kesembuhan. Bila kita ingin mengetahui apakah diantara dua
variabel tersebut terdapat hubungan atau tidak, dengan kata lain apakah kedua
variabel tersebut bersifat dependen atau independen, maka pengujian hipotesis
dilakukan dengan x2.
Interpretasi
hasil pengujian ialah apabila hipotesis nol diterima, berarti tidak ada
hubungan (independen), tetapi bila hasilnya menolak hipotesis nol maka dikatakan
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan atau dependen. Rumus yang digunakan
adalah rumus umum x2.
Contoh :
Sebuah
penelitian dilakukan oleh seorang kepala rumah sakit untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelas ruang rawat inap. Untuk
kepentingan tersebut diambil sampel sebanyak 200 orang penderita dengan hasil
sebagai berikut.
Ho :
variabel 1 dan variabel 2 disebut independen
Ha
: variabel 1 dan variabel 2 disebut dependen
1)
70 orang dengan pendidikan SD
20
memilih kelas 1
40
memilih kelas 2
10
memilih kelas 3
2)
50 orang berpendidikan SLTP
25
memilih kelas 1
15
memilih kelas 2
10
memilih kelas 3
3)
40 orang berpendidikan SLTA
15
memilih kelas 1
10
memilih kelas 2
15
memilih kelas 3
4)
40 orang berpendidikan akademi dan perguruan tinggi
20
memilih kelas 1
5 memilih
kelas 2
15
memilih kelas 3
Data
diatas dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Kelas ruang
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
|||
SD
|
SLTP
|
SLTA
|
PT
|
||
1
|
20
|
25
|
15
|
20
|
80
|
2
|
40
|
15
|
10
|
5
|
70
|
3
|
10
|
10
|
15
|
15
|
50
|
Jumlah
|
70
|
50
|
40
|
40
|
200
|
Hasil
perhitungan :
O
|
E
|
(O – E)
|
(O – E)2
|
(O – E)2/E
|
20
|
28
|
-8
|
64
|
2,29
|
25
|
20
|
5
|
25
|
1,25
|
15
|
16
|
-1
|
1
|
0,06
|
20
|
16
|
4
|
16
|
1,00
|
40
|
24,5
|
15,5
|
240,25
|
9,81
|
15
|
17,5
|
-2,5
|
6,25
|
0,06
|
10
|
14
|
-4
|
16
|
1,14
|
5
|
14
|
-9
|
81
|
5,75
|
10
|
12,5
|
-2,5
|
6,25
|
0,50
|
10
|
17,5
|
-7,5
|
56,25
|
3,21
|
15
|
10
|
5
|
25
|
2,5
|
15
|
10
|
5
|
25
|
2,5
|
|
Jumlah
|
30,11
|
X2
= 0,05, dk 6 = 12,59
Hipotesis
ditolak pada derajat kemaknaan 0,05 atau p > 0,05.
Kesimpulannya,
kita 95% percayat bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kelas ruang rawat inap.
Grafik :
7)
Tabel Kontingensi 2 x 2 dan Uji x2
Bila
hasil pengamatan terdiri dari dua variabel dan masing-masing hanya terdiri dari
2 kategori maka dapat dibuat tabel kontingensi 2 x 2. Dalam hal demikian, bila
sampelnya cukup besar maka perhitungan chi-kuadrat dapat dilakukan dengan rumus
chi-kuadrat yang lazim digunakan.
Tabel
kontingensi 2 x 2 secara umum dapat kita gambarkan seperti berikut.
|
|
Variabel Dependen
|
||
|
I
|
II
|
||
Variabel Independen
|
1
|
a
|
b
|
a + b = r1
|
2
|
c
|
d
|
c + d = r2
|
|
|
a + c = s1
|
b + d = s2
|
N
|
atau
Contoh:
Hasil
penelitian mengenai tingkat tekanan psikologis dikaitkan dengan usia responden
yang diakibatkan pekerjaanya tampak pada tabel berikut :
Umur (th)
|
Derajat tekanan (banyaknya pramuniaga)
|
||
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
|
< 25
|
20
|
18
|
22
|
25 – 40
|
50
|
46
|
44
|
40 – 60
|
58
|
63
|
59
|
> 60
|
34
|
43
|
43
|
Total
|
162
|
170
|
168
|
Ujilah
apakah ada hubungan antara usia dan tingkat tekanan psikologis pada taraf natay
sebesar 0,01 ?
Pemecahan
:
- Formulasi
H0
: Tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat tekanan psikologis
Ha
: Ada hubungan antara usia dengan tingkat tekanan psikologis
- Hitung derajat bebas.
df =
(jumlah baris – 1) x (jumlah kolom – 1)
df = (4 –
1)(3 –1) = 6
taraf
nyata = 0,01
Nilai kritis
(X2 tabel) = 16,812
- Hitung frekuensi yang diharapkan dengan rumus
Frekuensi yang diharapkan
Umur (th)
|
Derajat tekanan (banyaknya pramuniaga)
|
|||||||
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Total
|
|||||
Fo
|
Fe
|
Fo
|
Fe
|
Fo
|
Fe
|
Fo
|
Fe
|
|
< 25
|
20
|
19
|
18
|
20
|
22
|
20
|
60
|
60
|
25 – 40
|
50
|
46
|
46
|
48
|
44
|
48
|
140
|
140
|
40 – 60
|
58
|
58
|
63
|
61
|
59
|
60
|
180
|
180
|
> 60
|
34
|
32
|
43
|
41
|
43
|
40
|
120
|
120
|
Total
|
162
|
162
|
170
|
170
|
168
|
168
|
500
|
500
|
- Hitung X2
X2
= (20-19)2/19 + (18-20)2/20 + (22-20)2/20+(50-45)2/45
+ (46-48)2/48
+ (44-47)2/47
+(58-58)2/58 + (63-61)2/61 + (59-60)2/60
+(34-39)2/39
+ (43-41)2/41
+ (43-40)2/40
X2
= 2,191
- Kesimpulan , Karena 2,191 < 16,812, maka ho diterima berarti tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan psikologis.
Contoh
lain:
Suatu
penelitian ingin mengetahui: “apakah ada perbedaan cita-cita kelak setelah
tamat S1 diantara mahasiswa & mahasiswi AN Fisip UNS semester-VII?”
Hipotesis:
- H0 = tidak ada perbedaan antara mahasiswa dan mahasiswi dalam hal cita-cita mereka kelak setelah tamat S1.
- Ha = proporsi mahasiswi lebih banyak yang bercita-cita sebagai PNS setelah mereka tamat S1 ketimbang mahasiswa.
Tabel
kerja:
Cita-Cita
|
Mahasiswa
|
Mahasiswi
|
Jumlah
|
PNS
|
10
|
11
|
21
|
Bukan PNS
|
46
|
13
|
59
|
Jumlah
|
56
|
24
|
80
|
Perhitungan:
Besarnya degree
of freedom (df) :
Df
= (k-1) (b-1)
=
(2-1) (2-1)
= 1
Adapun
contoh lain…
Misalkan,
kita akan meneliti efek semacam obat influenza. Untuk kepentingan tersebut
diambil 2 kelompok penderita yang masing-masing 10 orang penderita influenza.
Kelompok
1 diberi obat, sedangkan kelompok 2 diberi plasebo. Setelah 3 hari kemudian
dievaluasi dan hasilnya pada kelompok 1 terdapat 7 orang sembuh dan 3 orang
tidak, sedangkan kelompok 2 terdapat 4 orang sembuh dan 6 orang tidak.
Derajat
kemaknaan 0,05
H0
: obat plasebo
Ha
: obat plasebo
|
Efek
|
||
|
Sembuh
|
Tidak
|
Total
|
Obat
|
7
|
3
|
10
|
Plasebo
|
4
|
6
|
10
|
Jumlah
|
11
|
9
|
20
|
Hipotesis
diterima pada derajat kemaknaan 0,05. Kesimpulannya, kita 95% percaya bahwa
obat tersebut tidak mempunyai efek terhadap penyembuhan influenza.
8)
Koreksi Kontinuitas Pada Tabel 2 x 2 (Yates)
Bila kita
gunakan rumus diatas untuk menyelesaikan pengujian chi-kuadrat dengan tabel 2×2
dengan derajat kebebasan (dk) satu, maka akan terjadi penaksiran yang berlebih
terutama bila hasil pengamatan merupakan frekuensi yang kecil sehingga banyak
terjadi penolakan hipotesis. Hal ini disebabkan terjadinya pendekatan
distribusi binomial ke distribusi normal.
Untuk
mengatasi hal tersebut maka dilakukan koreksi yang dikenal dengan koreksi
kontinuitas yang ditemukan oleh F Yates pada tahun 1934. Oleh karena
itu, koreksi tersebut dikenal dengan koreksi Yates.
Koreksi
Yates adalah aturan yang diusulkan oleh F.Yates (1934), dimaksudkan sebagai
suatu nilai koreksi terhadap hasil distribusi kontinu berdasarkan hasil dari
data diskrit, koreksi Yates ini sebagai upaya untuk mengkontinukan tingkat
penyebaran data dalam pengujian tabel kontingensi 2×2, agar lebih baik sebaran
hampirannya (Murti, 1996).
Tabel 2 x
2 secara umum dapat kita gambarkan seperti berikut.
|
|
Variabel Dependen
|
||
|
I
|
II
|
||
Variabel Independen
|
1
|
A
|
b
|
a + b = r1
|
2
|
C
|
d
|
c + d = r2
|
|
|
a + c = s1
|
b + d = s2
|
N
|
Dalam
menurunkan distribusi statistic χ2 perlu diperhatikan bahwa distribusi
chi-kuadrat bertipe kontinu, maka untuk mereduksi akibat penghampiran a , Yates
mengusulkan sebuah koreksi kekontinuan. Yaitu anggap frekuensi pengamatan dapat
diambil semua nilai yang mungkin pada suatu selang kontinu dengan cara
mengambil jarak ½ unit dari bilangan yang diperoleh.
Faktor
koreksi tersebut ialah dikurangi sebelum dihitung sehingga rumusnya
menjadi seperti berikut.
atau
Budiarto
(2002), menyarankan bahwa untuk menggunakan koreksi Yates pada kondisi sebagai
berikut :
1. Sampel
kecil
2. Tabel
kontingensi 2×2
3. Nilai
ekspektasi < 5
4. dk = 1
Namun
demikian penggunaan koreksi Yates tidak disarankan/diperlukan lagi, bila N
terlampau banyak. Dahulu koreksi Yates banyak digunakan, namun akhir-akhir ini
manfaatnya dipertanyakan. Bahkan Grizzle (1967) menganjurkan untuk tidak
menggunakan koraksi Yates, karena cenderung memperbesar kesalahan tipe II
(tidak menolak Ho, padahal Ho salah) (Murti, 1996)
Contoh:
Dari
contoh efek semacam obat untuk influenza. Pada penelitian ini diambil 2
kelompok penderita influenza masing-masing 10 orang.
Kelompok
1 diberi obat, sedangkan kelompok 2 diberi plasebo. Setelah 3 hari kemudian
dievaluasi dan hasilnya pada kelompok 1 terdapat 7 orang sembuh dan 3 orang
tidak, sedangkan kelompok 2 terdapat 4 orang sembuh dan 6 orang tidak.
Derajat
kemaknaan 0,05
H0
: obat plasebo
Ha
: obat plasebo
Efek
|
|||
Sembuh
|
Tidak
|
Total
|
|
Obat
|
7
|
3
|
10
|
Plasebo
|
4
|
6
|
10
|
Jumlah
|
11
|
9
|
20
|
Dengan
koreksi Yates, hasil perhitungan nilainya lebih kecil daripada tanpa koreksi
walaupun hasilnya juga tidak bermakna.
Kriterianya
diterimanya hipotesis adalah bila nilai hasil perhitungan lebih kecil dari
3,84. Dari hasil tersebut hipotesis diterima. Kesimpulannya, kita 95 % percaya
bahwa obat tersebut tidak berhasiat untuk menyembuhkan influenza.
Grafik.
Adapun
contoh lain….
Yang
berikut adalah data hasil pengumpulan pendapat masyarakat terhadap dua calon
pemimpin.
Pendapat
|
||||
Ya
|
Tidak
|
Total
|
||
Calon
|
A
|
37
|
22
|
59
|
B
|
18
|
7
|
25
|
|
Jumlah
|
55
|
29
|
84
|
Untuk
penngujian hipotesis bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai
pendapat masyarakat terhadap kedua calon itu diperlukan nilai.
Dalam
kedua taraf nyata = 0,01 dan =0,05 hipotesis diterima
Walaupun
telah dilakukan koreksi, tetapi masih terjadi keraguan pendekatan distribusi
chi-kuadrat ke distribusi normal. Hal ini terjadi bila frekuensi terlalu
kecil.oleh karena itu, R.A. Fisher, J.O. Irwin, dan F. Yates mengusulkan
perhitungan chi-kuadrat dilakukan eksak tes yang dikenal dengan Fisher
probability exact test
Fisher
probability exact test merupakan salah satu metode statistik non parametrik untuk menguji hipotesis.
Prosedur ini ditemukan oleh R.A. Fisher pada pertengahan tahun 1930. Pada
penelitian dua variabel dengan data yang dinyatakan dalam persen, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan statistik parametrik chi-kuadrat. Bila sampel
yang digunakan terlalu kecil (n<20) dan nilai ekspektasi < 5 maka
chi-kuadrat tidak dapat digunakan walaupun telah mengalami koreksi dari Yates.
Untuk mengatasi kelemahan uji chi-kuadrat tersebut digunakan Fisher
probability exact test (Budiarto, 2002).
Menurut
Sugiyono, (2005), uji exact fisher digunakan untuk menguji signifikansi
hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk
nominal. Untuk memper-mudahkan perhitungan. Dalam pengujian hipotesis, maka
data hasil pengamatan perlu disusun ke dalam tabel kontingensi 2 x 2 (Sugiyono,
2005).
Fisher
exact tes ini lebih akurat daripada uji chi-kuadrat untuk data-data berjumlah
sedikit. Walaupun uji ini biasanya digunakan pada tabel sebanyak 2 x 2, namun
kita dapat melakukan Uji exact Fisher dengan jumlah tabel yang lebih besar.
Rumus
dasar yang digunakan untuk pengujian exact fisher yaitu sebagai berikut:
Atau…..
Fisher Exact Test
Cohran
(1954) dalam Siegel (1992) menganjurkan untuk menggunakan uji exact fisher bila
pada uji chi-kuadrat dilakukan dengan sampel kecil tersebut akan baik bila
digunakan pada kondisi sebagai berikut :
- Bila sampel total kurang dari 20 atau
- bila jumlah sampel 20 < n < 40 dengan nilai ekspektasinya <5
Pada
nilai marginal yang tetap dapat disusun berbagai kombinasi. Dari setiap
kombinasi yang dihasilkan dapat dihitung selisih persentase antara yang
berhasil (+) dan tidak berhasil (-) dan dihitung nilai p menggunakan rumus di
atas.
Hasil
perhitungan persentase setiap kombinasi dan nilai p dapat disusun dalam bentuk
tebel. Melalui tabel tersebut kita dapat segera mengetahui besarnya p dari
selisih persentase (+) dan (-) (Budiarto, 2002).
Keuntungan
dan kerugian dengan menggunakan Uji exact Fisher yaitu sebagai berikut
(Budiarto, 2002) :
Keuntungan
:
- Hasilnya langsung dengan nilai p yang pasti
- Tes hanya didasarkan atas hasil pengamatan yang nyata
- Tidak dibutuhkan asumsi populasi berdistribusi normal
- Tidak dibutuhkan asumsi kedua kelompok yang diambil dari populasi secara random.
Kerugian
:
- Sulit untuk dilakukan ekstrapolasi terhadap populasi studi
- Ahli statistika yang beranggapan bahwa tujuan akhir uji statistik adalah mengadakan estimasi terhadap parameter populasi tidak setuju dengan uji Fisher.
9)
Pengujian Hipotesis Chi-Kuadrat Pada Data Binomial
Bila data
yang akan diuji merupakan data binomial dengan probilitas terjadinya sesuatu =
p dan probabilitas lain = q maka pengujiannya dilakukan dengan mengambil sampel
sebesar n, dimana dalam sampel tersebut terdapat kategori x. Frekuensi yang
diharapkan pada probabilitas yang diharapkan = np.
Contoh:
Penderita
yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak terdiri 40% wanita dan 60%
laki-laki. Bila ingin diuji apakah pernyataan tersebut dapat dipercaya maka
hasilnya sebagai berikut.
Untuk
menguji hipotesis tersebut diambil sampel sebanyak 50 anak yang dirawat
dibagian ilmu kesehatan anak dengan hasil 27 anak perempuan dan 23 anak
laki-laki.
Hipotesis
Statistik:
H0
: p 0,4
Ha
: p 0,4
Nilai
Ekspektasi:
Wanita
: 0,4 × 50 = 20
Laki-laki
: 0,6 × 50 = 30
Hipotesis
diterima pada derajat kemaknaan 0,05 atau p > 0,05
Kesimpulannya,
kita 95% percaya bahwa penderita yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak
40%-nya adalah wanita.
Grafik.
Derajat
Hubungan (Koefisien Kontingensi C)
Kegunaan
teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari atau
menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal
(kategori), paling tidak berjenis nominal.
Cara
kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai
Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung
harga koefisien kontingensi setelah menentukan harga Chi-kuadrat. Test
signifikansi yang digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-kuadrat, dengan
derajat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan
jumlah baris dikurangi satu (b-1)(k-1).
Untuk
mengetahui asosiasi /kekuatan/derajat hubungan/relasi antara dua perangkat
atribut. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :
disiplin dalam penyelesaian tugas sangat penting....
ReplyDeleteDalam penyelesaian tugas statistik ini hendaklah kita saling membantu. Dikarenakan tugas tugas ini sangat berpengaruh dalam menambah wawasan dan pengetahuan.
ReplyDelete